TIPE
BENAR – SALAH ( TRUE – FALSE )
·
Pengertian
dan karakteristik Tipe Benar - Salah
Soal – soal tipe benar salah berupa
pernyataan – pernyataan (statement). Statement tersebut ada yang benar dan ada
yang salah. Orang yang ditanya bertugas untuk menandai masing – masing
pernyataan itu dengan melingkari huruf B jika pernyataan itu benar menurut
pendapatnya dan melingkari huruf S jika pernyataannya salah. Tipe benar-salah
termasuk dalam tes objektif, karena tes ini telah menyediakan sejumlah jawaban
sehingga siswa tinggal memilih satu jawaban yang benar dari sejumlah jawaban
yang tersedia.
Bentuk benar – salah ada dua macam (dilihat
dari segi mengerjakan atau menjawab soal) yakni :
1.
Dengan pembetulan (with correction), yaitu
siswa diminta membetulkan bila ia memilih jawaban yang salah.
2.
Tanpa pembetulan (without Correction),
yaitu siswa hanya diminta melingkari huruf B atau S tanpa memberikan jawaban
yang betul.
·
Kelebihan
dan kelemahan Tipe Benar – Salah
Kelebihan
tipe Benar-Salah antara lain :
1. Dapat
mewakili pokok bahasan atau materi pelajaran yang lebih luas.
2. Mudah
dalam penyusunannya karena hanya diperlukan satu pertanyaan.
3. Dapat
digunakan berkali-kali.
4. Dapat
dilihat secara cepat dan objektif.
5. Petunjuk
cara mengerjakannya mudah dimengerti.
6. Mudah
dalam memeriksa dan memberi skor karena hanya ada dua alternatif jawaban maka
dapat diberi skor 1 (satu) untuk yang
menjawab dengan benar dan 0 (nol) untuk yang menjawab dengan salah.
7. Merupakan
instrumen yang baik untuk mengukur fakta dan hasil belajar langsung, terutama
yang berkaitan dengan ingatan.
Kekurangan
tipe Benar-Salah antara lain :
1. Hanya
dapat mengungkap daya ingatan dan pengenalan kembali.
2. Sering
membingungkan.
3. Ada
masalah atau bahan yang tidak selalu dapat dinyatakan hanya dengan alternatif
benar atau salah atau pilihan ganda.
4. Mendorong
peserta tes untuk menebak atau menerka jawaban walaupun mereka tidak mengetahui
jawaban yang benar.
·
Prinsip
– Prinsip Pembuatan Tipe Benar – Salah
Petunjuk penyusunan :
1.
Tulislah huruf B / S pada permulaan masing
– masing item dengan maksud mempermudah mengerjakan dan menilai ( skoring )
2.
Kalimat yang dipergunakan untuk menyatakan
isi item harus dirumuskan secara jelas dan tegas sehingga isi item tersebut
jelas – jelas mempunyai arti tunggal yakni benar atau salah.
3.
Kalimat yang dipergunakan untuk menyatakan
suatu item jangan disajikan terlalu panjang,
karena uraian yang terlalu panjang kebanyakan mengarah ke jawaban yang
benar dan sebaliknya.
4.
Hindarilah pernyataan negatif atau pun
pernyataan negatif ganda dalam suatu item seperti tidak, bukan tidak. Karena
penggunaan pernyataan negatif atau negatif ganda dalam suatu item menuntut
perhatian ekstra dari siswa untuk dapat memahami isi item tersebut. Apabila
tuntutan ini tidak dipenuhi, maka kemungkinan besar akan menjawab salah.
5.
Usahakan agar jumlah butir soal yang harus
dijawab B sama dengan butir soal yang dijawab S dalam hal ini hendaknya pola
jawaban tidak bersifat teratur misalnya : B – S – B - S – B – S atau
SS-BB-BB-SS.
6.
Hindari item yang masih bisa diperdebatkan
:
Contoh
: B-S. Kekayaan lebih penting dari kepandaian.
7.
Hindarilah pertanyaan – pertanyaan yang
persis dengan buku.
8.
Hindarilah kata – kata yang sifatnya
mutlak, seperti selalu, semua, tidak pernah, mesti, dsb, sebab item yang
mengandung kata – kata tersebut cenderung merupakan suatu item yang jawabannya
salah . sebaliknya penggunaan kata – kata yang sifatnya relatif, seperti
barangkali, kadang – kadang, biasanya, mungkin dsb seringkali merupakan tanda
bahwa item yang bersangkutan adalah benar.
·
Contoh
SK/KD menggunakan alat evaluasi tipe Benar-Salah
Standar
Kompetensi :
1.
Menghargai berbagai peinggalan dan tokoh
sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu-Budha, dan Islam, keragaman
kenampakan alam dan suku bangsa, serta kegiatan ekonomi di Indonesia.
Kompetensi
Dasar :
1.1.Mengenal
makna peninggalan sejarah yang berskala nasional dari masa Hindu-Budha, dan
Islam di Indonesia.
Contoh
soal :
1.
B/S Candi Prambanan merupakan candi
peninggalan sejarah bercorak Hindu. (Jawaban Benar, karena Candi Prambanan
memang merupakan candi peninggalan sejarah berorak Hindu).
2.
B/S Candi Kalasan, Candi Mendut, Candi
Borobudur, Candi Ratu Boko, Candi Sewu, dan Candi Prambanan merupakan candi
peninggalan sejarah Dinasti Syailendra. (Jawaban Salah, karena Candi
Prambanan merupakan candi peninggalan
Rakai Pikatan).
3.
B/S Candi Borobudur merupakan candi
terbesar di dunia. (Jawaban Benar).
4.
B/S Ciri khas pada Masjid Agung Demak
adalah pada empat tiang utama di dalam masjid, tiang tersebut dibuat oleh
Walisanga. (Jawaban Benar, karena masjid ini dibangun pada masa pemerintahan
Raden Patah dan empat tiang tersebut dibuat dari sisa kayu gergajian).
5.
B/S Semboyan Bhineka Tunggal Ika diambil
dari kitab Sutasoma. (Jawaban Benar, karena di dalam kitab Sutasoma terdapat
tulisan Bhineka Tunggal Ika dan dijadikan semboyan bangsa Indonesia).
6.
B/S Raja Mulawarman adalah raja dari
kerajaan Tarumanegara yang pertama kali membuat prasasti Yupa. (Jawaban Salah,
karena Prasasti Yupa merupakan Prasasti Peninggalan Kerajaan Kutai).
7.
B/S Masjid Demak merupakan hasil karya
Walisanga yang dibuat pada masa pemerintahan Raden Patah pada tahun 1748.
(Jawaban Benar, karena Masjid Demak memang dibangun pada tahun 1748 saat
pemerintahan Raden Patah).
8. B/S
Kerajaan Kutai, Kerajaan Majapahit, dan Kerajaan Demak merupakan kerajaan yang
bercorak agama Hindu. (Jawaban Salah, karena kerajaan Demak merupakan kerajaan
bercoran Islam yang pertama di pulau Jawa).
9.
B/S Prasasti Talang Tuo ditemukan satu
tahun sebelum prasasti Kedukan Bukit. (Jawaban Salah, karena Prasasti Talang
Tuo ditemukan pada tahun 684 M, yaitu satu tahun setelah ditemukannya Prasasti
Kedukan Bukit).
10.
B/S Prasasti Kedukan Bukit, Prasasti Kota
Kapur, dan Prsasti Ligor merupakan prasasti peninggalan kerajaan Mataram Kuno.
(Jawaban Salah, karena Prasasti Kedukan Bukit dan Prasasti Kota Kapur merupakan
peningggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya).
Kelebihan tipe Benar-Salah untuk
materi IPS kelas V dengan SK/KD tersebut di atas adalah dapat mengukur tingkat
pemahaman siswa apabila guru dalam membuat soal tipe Benar-Salah memperhatikan
prinsip-prinsip pembuatan. Sedangkan kekurangan tipe Benar-Salah untuk materi
IPS kelas V dengan SK/KD tersebut di atas adalah apabila guru dalam membuat
soal kurang memperhatikan prinsip pembuatan soal dan hanya persis dengan isi
materi maka hanya mengungkap ingatan atau hafalan.
Maka dari itu cara kita untuk
mengatasi kekurangan tersebut yaitu dengan memperhatikan prinsip-prinsip
pembuatan soal evaluasi Benar-Salah dan tidak hanya terpaku pada buku.
·
Penulisan
aitem
Aitem-aitem tes yang bertipe
Benar-Salah harus juga memenuhi beberapa kriteria sebagai kaidah penulisan,
agar syarat kualitas aitem dapat terpenuhi. Berikut adalah petunjuk atau kaidah
penulisan aitem tipe Benar-Salah seperti yang dikemukakan oleh Ebel (1979).
1)
Aitem haruslah mengungkap ide atau gagasan
yang penting.
Kurang baik :
Presiden Sukarno
lahir di Blitar
Komentar : kecuali dalam konteks
belajar sejarah, masalah tempat dimana seseorang dilahirkan, sekalipun beiau
orang penting, hanyalah menarik untuk dijadikan topik pembicaraan sehari-hari
dan kurang berarti untuk dijadikan pertanyaan dalam tes yang harusnya berisi hal-hal
yang tidak boleh untuk tidak diketahui. Masih banyak hal lain mengenai Presiden
Sukarno yang lebih patut untuk diungkap.
Lebih baik :
Dwikora
dikumandangkan oleh presiden Sukarno dalam rangka perjuangan pembebasan Irian
Barat.
2)
Aitem tipe Benar-Salah hendaknya menguji
pemahaman, jangan hanya mengungkap ingatan mengenai suatu fakta atau hafalan.
Kurang baik :
Kuadrat hipotenusa
pada suatu segitiga siku-siku sama dengan jumlah kuadrat sisi yang lain.
Komentar : aitem seperti contoh di atas tidak lebih
daripada pengulangan apa yang sudah tertulis di dalam buku, karenanya hanya
akan mengukur kemampuan menghafal tanpa menambah pengertian.
Lebih baik :
Apabila hipotenusa
suatu segitiga siku-siku sama sisi adalah 7 cm, maka panjang masing-masing sisi
yang lain pasti lebih daripada 5 cm.
3)
Kebenaran atau ketidakbenaran suatu aitem
haruslah bersifat mutlak.
Kurang
baik :
Menambah jumlah aitem pada suatu tes
aka meningkatkan reliabilitas tes tersebut
Komentar
:
jawaban terhadap aitem tersebut adalah B (Benar) apabila penjawab berasumsi
bahwa aitem yang ditambahkan adalah pararael aatau homogen isinya dengan aitem
yang sudah ada didalam tes itu. Tetapi, mereka yang menjawab S (Salah) pun
haruslah diberi angka, karena tanpa disebutkan mengenai keadaan aitem yang
ditambahkan, maka tidak ada keharusan untuk berasumsi mengenai homogenitas
aitem yang dimaksud.
Lebih
baik :
Suatu tes yang terdiri dari 40 aitem
mempunyai reliabilltas r=0,60. Apabila pada tes tersebut ditambahkan 20 aitem
lagi yang pararel isinya, maka estimasi reliabilitas adalah r=0,90.
4)
Aitem harus menguji pengetahuan yang
spesifik danjawabannya tidak jelas bagi semua orang, kecuali bagi mereka yang
menguasai pelajaran.
Kurang
baik :
Belajar yang kurang teratur dapat
menyebabkan nilai ujian yang rendah.
Komentar
:
aitem seperti itu terlalu umum dan terlalu jelas jawabannya bagi siapa saja,
baik ia tahu masalah maupun ia tidak memahami bahan pelajaran.
Lebih
baik menanyakan hal yang spesifik berkenaan dengan teori tentang belajar.
Lebih
baik :
Menghafal tiga kali sehari
masing-masing selama 30 menit lebih baik hasilnya daripada menghafal satu kali
sehari selama 120 menit.
5)
Aitem harus dinyatakan secara jelas.
Kurang
baik :
Belajar dengan prinsip 2 x 4 adalah
lebih baik daripada 4 x 2. Ini sejalan dengan prinsip “The Law of Effect” nya
Thorndike.
Komentar
:
ada beberapa hal yang menyebabkan aitem ini dianggap aitem yang buruk. Pertama,
prinsip 2x4 tersebut tidak dapat diterapkan pada semua jenis belajar. Jadi,
kebenaran aitem tersebuut masih diperdebatkan. Kedua, tidak jelas sebenarnya
apa yang ingin diuji oleh penulis aitem, pengetahuan mengenai prinsip
belajarkah atau pengetahuan mengenai siapa tikoh yang mengemukakan prinsip
tersebut, ataukah kecocokan antara prinsip dengan teori Thorndike?
Ketiga,
aitem tersebut mengandung dua gagasan atau lebih yang keduanya dapat hanya
benar salah satunya saja, sehingga tidak berisi ide yang tunggal dan spesifik.
Lebih
baik :
Menurut Thorndike, agar bahan
pelajaran tidak mudah terlupakan, kita harus sering mengulanginya.
·
Pemberian
Skor
Menentukan
skor pada jawaban tes objektif tidaklah sekompleks menentukan skor pada tes
karangan. Pada penentuan skor jawaban tes objektif korektor tidak perlu
memahami isi jawaban dari item. Oleh karena itu pemeriksaan jawaban benar dapat
dilakukan oleh komputer. Rumus untuk mencari skor akhir bentuk benar-salah ada
dua macam yaitu :
a.
Dengan denda.
Rumusnya
: S = R-W
Keterangan
:
S
: skor yang diperoleh
R
: right (jawaban yang benar)
W:
Wrong (jawaban yang salah)
Contoh
: jumlah soal tes sama dengan 20 buah. A menjawab betul 16 buah dan salah 4
buah. Maka skor untuk A adalah 16 – 4 sama dengan 12.
Dengan
menghunakan rumus seperti ini maka ada kemungkinan seorang siswa memperoleh
skor negatif.
b.
Tanpa denda.
Rumus
: S = R
Dihitung
hanya yang betul (untuk soal yang tidak dikerjakan dinilai 0)
Kuis
1.
B / S Jumlah jawaban benar sama dengan jawaban
salah.(B)
2.
B / S
Jawaban tipe benar-salah sulit ditebak.(S)
3.
B / S
Dalam pemberian skor tipe benar-salah ada dua cara yaitu dengan
denda dan tanpa denda. (B)
4.
B / S
Kebenaran atau ketidakbenaran pada suatu aitem tipe benar-salah
bersifat
pasti. (B)
5.
B / S
Tes tipe benar-salah termasuk dalam tes semi objektif. (S)
Daftar
Pustaka
Arikunto,
Suharsimi.2013. Dasar – Dasar Evaluasi
Pendidikan. Edisi II. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Azwar,
Saifudin.2010. Tes Prestasi : Fungsi Dan
Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar.Edisi II.Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Masidjo,
Ign. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil
Belajar Siswa Di Sekolah.Yogyakarta : Kanisius.
Widoyoko,Eko
Putro.2009.Evaluasi Program
Pembelajaran:Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik.Yogyakarta:Pustaka
Pelajar.